Kembali ke konten utama
Gemerlap “Light of Life” Diabolo Dance Theater di Filipina dan Brunei Darussalam
2024-03-25

Di Jerudong International School (JIS) dan sekolah bagi siswa dengan kebutuhan khusus Pusat Ehsan Al-Ameerah Al-Hajjah Maryam, Diabolo Dance Theatre mengajak para guru dan siswa setempat untuk bermain diabolo dan akrobatik lainnya.

Di Jerudong International School (JIS) dan sekolah bagi siswa dengan kebutuhan khusus Pusat Ehsan Al-Ameerah Al-Hajjah Maryam, Diabolo Dance Theatre mengajak para guru dan siswa setempat untuk bermain diabolo dan akrobatik lainnya.
 

Jika menguraikan struktur dari tarian diabolo menjadi tiap-tiap bagian karya: diabolo adalah inti pusat lingkaran; musik, pencahayaan, proyeksi gambar, tarian, akrobatik dan lainnya sebagai benang-benangnya; setiap untaian benang yang memiliki peranan sendiri kembali dihubungkan menjadi sebuah permukaan. Elemen-elemen yang kelihatannya sederhana ini dijalin dalam sebuah jaringan melalui keterampilan menarikan diabolo, terlepas dari pemikiran dan pandangan yang ada sebelumnya, tarian diabolo memiliki bahasa pertunjukan khusus tersendiri.

 

Pertunjukan keliling sebanyak 3 ribu kali lebih di 30 lebih negara, Diabolo Dance Theater yang terkenal di dalam dan luar negeri menjadi pilihan khusus yang diutus oleh Kementerian Luar Negeri pada tahun 2023 untuk tampil di Filipina dan Brunei Darussalam, menampilkan karya kumpulan pertunjukan klasik ── “Light of Life”.
 

Gemerlap “Light of Life”(1)
 

Tampilkan Keindahan Taiwan Pada Pertunjukan di Filipina

Diabolo Dance Theater tiba di perhentian pertama yaitu Filipina pada tanggal 8–12 Oktober 2023. Sehubungan dengan waktu pertunjukan keliling ini bertepatan dengan periode perayaan Hari Nasional Taiwan, tarian diabolo perdana ditampilkan dalam jamuan perayaan Hari Nasional dengan durasi 20 menit, dan merupakan pertunjukan singkat pilihan dari Light of Life. kemudian pertunjukan versi lengkap ditampilkan di Teater CPR (Carlos P. Romulo Auditorium) di Kota Makati dan auditorium Filipino Chinese Cultural and Economic Association (FCCEA) di Manila. Pertunjukan “Light of Life” tidak meredup karena tampil di tempat yang berbeda melainkan menghadirkan pertunjukan cemerlang yang berbeda disesuaikan dengan lokasi yang ada.

Di antaranya yang paling khusus, pertunjukan ketiga yang ditampilkan di Liberty Hall FCCEA, auditorium lantai lima yang telah direnovasi dengan panggung tinggi dan rendah ini menerobos keterbatasan dari perangkat keras, menghadirkan pertunjukkan yang tidak kalah dengan penampilan profesional yang memukau penonton di teater.

Pada saat diabolo dikendalikan oleh tangan sang penari, berpadu dengan musik, pencahayaan dan proyeksi gambar, diabolo kadang dapat berperan sebagai peran utama, kadang memegang peran pendukung, menceritakan kisah indah tentang memulai perjalanan dan eksplorasi kehidupan dengan tarian, akrobatik dan unsur lainnya.

Meskipun tidak ada dialog dalam seluruh pertunjukan, bahkan lagu yang dinyanyikan oleh salah seorang pemain yang berperan sebagai Dewi Laut juga merupakan pengeditan ulang dalam bahasa Austronesia, tetapi para penonton tetap berkonsentrasi penuh menyaksikan pertunjukan.

Dalam pertunjukan, penonton secara acak dipilih untuk diundang naik ke panggung, di bawah bimbingan para penari, dapat merasakan kejutan pengalaman diabolo yang bergeser di untaian tali, bagaikan seorang penyihir yang mengendalikan para peri dengan tongkatnya. Usai bermain masih akan mendapatkan satu set diabolo, sehingga seluruh penonton antusias untuk mencobanya.

Setelah pertunjukan hari kedua berakhir, Badette Cunanan direktur Manila Bulletin, media berbahasa Inggris dengan penjualan terbesar di Filipina, secara pribadi menyampaikan rasa salutnya pada Liu Le-chun, dengan hati gembira ia mengatakan, “Pertunjukan yang benar-benar sangat indah, membuat saya sangat ingin ke Taiwan.” Liu Le-chun pendiri sekaligus kepala Diabolo Dance Theater menyampaikan bahwa semua keindahan yang tersaji dalam pertunjukan tarian diabolo, dapat membuat orang-orang dari negara dan bahasa yang berbeda menyetujui, dan melahirkan keinginan hati untuk mengenal Taiwan, inilah bagian yang paling membuat hatinya senang.

Pengalaman pertunjukan keliling selama puluhan tahun, tidak saja membuat mereka dengan cepat beradaptasi di tiap-tiap lokasi yang ada, melainkan juga telah mengumpulkan reputasi yang baik di seluruh dunia. Komentator “Scottish Field” Jeremy Welch pernah dalam artikelnya merekomendasikan dengan menulis, “Beli selembar tiket untuk menonton pertunjukan, kamu tidak akan menyesal.”
 

Gemerlap “Light of Life”(2)
 

Pertunjukan di Brunei Darussalam, Membangun Jalinan Persahabatan

Dengan membawa kekuatan seperti ini, tarian diabolo meneruskan perjalanan pertunjukan ke Brunei Darussalam pada tanggal 19 – 24 Oktober 2023. Selaku grup kesenian Taiwan perdana yang mendapat kepercayaan dari negara tersebut untuk tampil.

Berkat upaya dari Kantor Ekonomi dan Budaya Taipei di Brunei Darussalam akhirnya dapat tampil dalam dua ajang pertunjukan di Pusat Kesenian Jerudong International School (JIS) yang berada di Bandar Seri Begawan , Ibukota Brunei Darussalam, meraih respons positif dan antusias dari berbagai diplomat asing dan pejabat lokal Brunei Darussalam.

Selain itu, perjalanan kali ini juga secara khusus ke Jerudong International School (JIS) dan Pusat Ehsan Al-Ameerah Al-Hajjah Maryam yang merupakan sekolah pertama bagi siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus di Brunei Darussalam, untuk menghadirkan pertunjukan dan pertukaran dengan siswa dan guru setempat.

Meskipun hanya tampil di sekolahan, tetapi Diabolo Dance Theater tetap membawa lampu dan musik yang digunakan pada pertunjukan resmi, menghadirkan pertunjukan singkat yang merupakan ringkasan pilihan dari “Light of Life” bagi guru dan siswa. Usai pertunjukan, mereka juga mengajak dan membimbing siswa-siswa memainkan diabolo dan keterampilan permainan rakyat lainnya.

Saat pertunjukan yang ditampilkan di Sekolah JIS, ada seorang siswa yang meskipun tidak dapat berkomunikasi karena perbedaan bahasa, tetapi tetap agresif berinteraksi dengan anggota grup diabolo, semua masih berharap dapat mengajarkan lebih banyak teknik memainkan diabolo hingga waktu pertunjukan berakhir, seolah belum berakhir memberikan kesan mendalam kepada semua orang yang ada di sana.

Antusias dan kesepenuhan hati tertuang dalam pertunjukan ditampilkan kapan dan di mana saja membuat masyarakat Brunei Darussalam merasakan keinginan tulus yang datang dari Taiwan untuk berbagi. Hal yang langka di mana “Borneo Bulletin”, media resmi Brunei Darussalam, menempatkan foto kegiatan pertunjukan Diabolo Dance Theater di sekolah untuk siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus Pusat Ehsan Al-Ameerah Al-Hajjah Maryam di posisi halaman utama pada tanggal 24 Oktober 2023, dengan judul “Bantuan yang dari Sahabat” memberikan terobosan baru penting bagi hubungan luar negeri.

Di samping itu, juga ada laporan harian dari media lokal berbahasa Inggris, Melayu dan Mandarin. Dalam laporan mengungkit, pertunjukan yang meriah tarian diabolo mendapat pujian dari berbagai lapisan masyarakat Brunei Darussalam, bahkan muncul situasi langka di mana sulit untuk bisa mendapatkan selembar tiket menyaksikan pertunjukan ini; kunjungan pertunjukan mereka di dua sekolahan lokal ini juga memperlihatkan kepada masyarakat lokal sisi kepedulian, amal dan kemanusiaan dari Taiwan.
 

Gemerlap “Light of Life”(3)
 

Membangun Citra Merek Taiwan dari Kumpulan Kebijakan

Di balik prestasi yang luar biasa ini, sebenarnya adalah pencapaian dari ketekunan para penari diabolo yang tak tergoyahkan terus mengejar seni dan keindahan.

Dalam hal ini, yang paling mengerti adalah Kepala Pusat Kebudayaan Kantor Ekonomi dan Kebudayaan Taipei di Filipina Karen Wang yang pernah menemani mereka tampil di Fililpina 17 tahun silam. Liu Le-chun menyampaikan, “Dia mendeskripsikan ‘Tidak sedikit pertumbuhan dari tarian diabolo dibandingkan dengan sepuluhan tahun lalu, melainkan pertumbuhan pesat’ setelah melihat pertunjukan kami.”

Untuk merancang sebuah acara pertunjukkan besar seperti ini, Liu Le-chun menyampaikan bahwa mitra kerja sama sangatlah penting. Dia mengemukakan, tarian diabolo adalah “kreasi kolektif”, setelah sutradara mengusulkan konsep, para personil seni dari masing-masing bidang dalam grup mulai mengumpulkan ide dan mendiskusikannya, mengusulkan ide, dan terakhir pendapat-pendapat diintegrasikan untuk menciptakan penampilan yang dihadirkan di atas panggung.

Cara kerja seperti ini kelihatannya mudah, tetapi sebenarnya tingkat kesulitannya cukup tinggi, dia mengatakan, “Kami terhubung dari manusia dengan manusia secara organik, dengan demikian barulah dapat menciptakan konten-konten dengan mengintegrasikan semua pihak.”

Pengetahuan-pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang tidak dapat dibawa pergi oleh orang lain, selain menghadirkan drama menarik “VALO Bagian Pertama – Amoeba” dan “VALO Bagian Kedua – The Island” kepada para penonton, juga menarik perhatian perusahaan hiburan Kanada Cirque du Soleil, yang sempat mencoba untuk mengajak merger Diabolo Dance Theater beberapa tahun lalu, tetapi Liu Le-chun tidak menerima tawarannya.

“Saya sangat berterima kasih atas apresiasinya, yang pasti ini juga adalah sebuah peluang yang sangat baik, tetapi saya merasa setelah menjadi salah satu anggota darinya, sepertinya tidak dapat mewujudkan tarian diabolo yang saya bayangkan.”

Jadi seperti apa sebenarnya wujud penampilan dari “tarian diabolo?” Akrobatik baru, tarian, atau musik? Terkait pemilahan yang diberikan oleh dunia luar, Liu Le-chun hanya mengatakan, “Tidaklah menjadi masalah bagaimana Anda mendefinisikan, tetapi bagi kami tarian diabolo tidak dibatasi oleh satu jenis pertunjukan tertentu atau sangat menyerupai siapa, kami hanyalah sebuah jiwa yang disebut dengan ‘diabolo’”. 

Jiwa ini seperti lambang grup yang bulat memiliki makna “tanpa batas”, mereka tidak menggunakan kerangka bingkai, tidak membatasi model pertunjukan, hanya membawa penonton terbang ke “pulau impian” yang sebenarnya sudah ada di benak hati mereka, mengambil kembali sepasang sayap yang kita telah miliki sejak lahir untuk menjadi Peter Pan terbang ke dalam kebahagiaan. Liu Le-chun mengatakan, “Ini adalah bakat yang dimiliki setiap orang sejak lahir,” terlebih setiap kali mendengar orang tua dan anak-anak yang datang mendiskusikan plot cerita, hatinya menjadi sangat senang, “Karena kami ingin agar setiap orang dapat membuat kisahnya sendiri di teater.”

Mengenai masa depan, Liu Le-chun berharap tarian diabolo dapat menjadi sebuah platform yang terus menampung kreativitas, pengalaman dan teknologi yang lebih banyak lagi, “Karena dari dulu saya sudah mengetahui, saya ingin menciptakan sebuah tempat yang memungkinkan semakin banyak seniman Taiwan dapat bersinar,” demikian tuturnya.

 

MORE

Gemerlap “Light of Life” Diabolo Dance Theater di Filipina dan Brunei Darussalam